Sinar-sinar itu lalu
menghilang dan semuanya kembali normal.
“Kami sudah mengetahuinya.” Ucap si hewan bermata tiga itu. “Dari apa yang
kulihat, kau dulunya seorang manusia, ya? Tapi, kau baru saja berubah menjadi
iblis, sehingga kehidupanmu masih belum stabil.”
“He-hebat!! Kau benar!!” ucap Yanagi terkagum-kagum.
“Dia bukan peramal, tahu.” Ucap Staz.
“Lalu, kau juga tidak memakai *** dan memakai celana pria…” ucap hewan itu.
“Kau adalah gadis yang mesum.”
JLEBB!
“Kau salah, aku punya alasan untuk ini…” ucap Yanagi.
“Ah, kalian berdua terlalu banyak bicara!!” ucap Staz. “Bisakah dia pergi?”
“Tidak masalah kalau dia pergi ke dunia manusia, tapi aku tidak menyarankan untuk
tinggal lama disana…” ucap hewan itu.
“Hanya itu saja yang ingin kudengar.”
"Jadi, apa kau akan menggunakannya untuk melakukan sesuatu di dunia manusia?”
Tanya hewan itu.
“Tidak…” ucap Staz. “Sebenarnya aku juga akan ikut dengannya.”
“HA?!” Hewan itu langsung kaget. “Ikut bersamanya!? Lalu bagaimana dengan
wilayahmu!?”
“Wilayahku akan baik-baik saja.” Ucap Staz datar.
“Apa kau bercanda?! Jika sang bos menghilang, semua mahkluk neraka akan
melepaskan diri… Oei, Staz, apa kau mendengarkanku?!”
Sementara mereka membicarakan itu, di tempat lain, di dekat tirai hitam,
seseorang baru saja akan memasuki tirai hitam miliknya. Ia kesal ketika
menyadari seseorang sempat memakai tirainya… “Cih…”
KRING!!
Bel bar berbunyi, dan seseorang, bukan, beberapa orang… bukan, beberapa mahkluk
memasuki bar itu.
“Oi, Deku.” Sapa Staz pada orang itu. Deku bersama seorang iblis misterius yang
tidak memiliki wajah dan rupa.
“Apa kau punya waktu sebentar?” Tanya Deku. “Ayolah, katakana sendiri.” Ucapnya
pada mahkluk di sebelahnya.
“Aku… Yoshida si peniru…” ucap mahkluk itu pada Staz. “Dan aku sangat
menghormatimu, Staz-san. Izinkan aku bergabung di wilayahmu.” Staz mendengarkan
orang itu sambil mengupil.
“Hei, Deku, dengarkan aku!” ucap si hewan bermata tiga pada Deku. “Si bodoh ini
berbicara omong kosong soal pergi ke dunia manusia!” Ia menunjuk-nunjuk Staz.
“Apa?”
“Bayangkan apa yang akan terjadi jika wilayah lain mendengar kabar ini!! Mereka
pasti akan segera memulai petarungan untuk menentukan siapa bos selanjutnya,
dan bagaimana nasib hewan lemah seperti aku ini?! Kami akan menjadi hewan
pertama yang ditangkap dan digoreng!!”
Hewan itu berpura-pura menangis agar Staz simpati padanya.
“Baiklah, aku mengerti.” Ucap Staz.
“Kau sungguh mengerti?” wajah hewan itu langsung cerah.
“Ya.” Ucap Staz. Kali ini yang mengupili telinganya(?). “Aku akan mengundurkan
diri sebagai bos.”
Hening.
“Tidak!!”
“A-a-a-aku tidak mengerti!!”
“Aku juga tidak mengerti, kenapa kau mengambil keputusan itu?!”
“Jika seorang bos pergi, itu bukan hal yang bagus, bukan? Maka dari itu orang
lain bisa mengambil alih tugasku. Benar, kan, Tsuboi-kun?”
“Na…namaku Yoshida…” ucap mahkluk yang dipanggil Tsuboi oleh Staz.
“Baiklah. Yoshida-kun, mulai hari ini kau adalah bos wilayah ini.” Ucap Staz.
“Eh?” Yoshida terkejut. Staz menepuk pundaknya untuk menenangkannya, dan
tiba-tiba saja Yoshida yang tidak punya wajah langsung berubah menyerupai Staz.
“Whoa! Kau berubah jadi
sepertiku!!” ucap Staz. Ia langsung mundur beberapa langkah. “Apa kau ini
sebenarnya?!”
Padahal tadi sudah dikatakan, Aku Yoshida si peniru.
“Aku minta maaf.” Ucap Yoshida. “Aku punya kebiasaan berubah menjadi sesuatu
yang kusukai.”
“Jadi kau bisa melakukan hal seperti itu?!” Deku terlihat kagum. “Baiklah,
kalau begitu, selama bos pergi, Yoshida akan berubah ke dalam bentuk ini.”
“Um, tidak buruk juga!” ucap si hewan mata tiga.
“Ooh!!” Staz kagum dengan rencana itu.
“Bossu, sekarang kau boleh pergi ke dunia manusia!” ucap Deku.
“Baiklah!! Yoshida si peniru akan menirukan wujudku~!!”
Sementara itu, Yanagi dan Saty justru sedang dengan santai meminum teh berdua,
tanpa memikirkan masalah pertahanan wilayah itu.
“Sepertinya… semuanya sudah beres.” Ucap Yanagi.
…
“Baiklah. Semuanya sudah di urus dan aku bisa ke dunia manusia.” Ucap
Staz. “Mari kita sambut masuknya Yoshida ke dalam kelompok kita.” Mereka semua
duduk mengitari meja dengan banyak makanan terhidang. “Kalau begitu,…
bersulang!!”
Staz minum satu gelas bir
dengan kecepatan tinggi, dan tak lama kemudian Ia langsung pergi ke toilet
karena perbuatannya(?).
“Deku-san… apa Staz-san selalu seperti ini?” Tanya Yanagi ketika Staz sudah
pergi.
“Um?”
“Maksudku, dia sangat tidak peduli dan tidak bertanggung jawab…” Yanagi meminum
minumannya. “Apakah dia benar-benar akan… menghidupkanku kembali?”
Deku tersenyum. “Orang itu, ketika dia sudah berjanji, dia selalu punya cara
untuk menepati janjinya itu. Dan dia selalu berhasil menepatinya. Jika dia
sudah memutuskan untuk pergi ke dunia manusia, dia akan tetap pergi meskipun
dia harus mempertaruhkan jabatan bosnya. Jika dia akan melakukan sesuatu, dia
tidak bisa dihentikan… kami sering dibuat bingung oleh tingkah lakunya.”
“Itu pasti sulit…” ucap Yanagi.
“Aku hanya bisa memberitahumu satu hal,” ucap Deku. “Saat dia bilang ingin
menghidupkanmu kembali, aku tidak pernah melihatnya seserius itu…”
Wajah Yanagi memerah. “Be-begitu, ya.. benar-benar pria yang aneh!” Yanagi
langsung melahap daging yang ada di depannya tanpa pikir panjang, untuk menutupi
rasa malunya.
“Ah, leganya…” ucap Staz yang baru keluar dari toilet. Ia langsung terkejut
melihat Yanagi melahap apa, “Siapa yang kau boleh memakan tsuchinoko-ku?!”
DEGG!! Yanagi baru sadar kalau apa yang Ia makan adalah tsuchinoko*, dan
wajahnya langsung membiru.
* Tsuchinoko: Kalau tidak salah ini adalah hewan legenda di Jepang, bentuknya
seperti ular namun perutnya sangat besar. Bisa dikatakan ini menyerupai botol…
kalau tidak salah saya pernah membacanya di manga Chibi Maruko-chan waktu kecil
^^
“Itu adalah makanan
favoritku!” ucap Staz. “Saty-chan, tolong buatkan satu lagi.”
“Jangan memakannya!” ucap Yanagi yang sepertinya sudah kapok.
“Kenapa?”
Lalu, hari akhirnya berakhir… dengan perayaan yang tidak begitu kumengerti…
“Tsuchinoko~ wa~~!!!”
Ngomong-ngomong, Tsuchinoko rasanya lumayan enak. Lalu keesokan harinya, baju
seragamku sudah mongering.
Staz dan Yanagi berdiri di
depan tirai hitam itu. Staz nampak sangat bersemangat di balik mata sayunya.
“Baiklah! Ayo kita pergi ke dunia manusia!!”