CTEKK!! Pedagang itu menjentikkan tangannya dan mendadak
tanaman-tanamannya menjadi liar.
“Kalau begitu, aku yang akan
memaksanya untuk keluar…”
“A-APA KAU SERIUS?!” Tanya
Staz pada manusia itu. “Game itu sudah
keluar dalam berbagai judul?!”
“I-Iya…” jawab perempuan itu pelan. Staz terus saja mendesaknya.
“Kalau begitu, game itu belum tamat?!”
“Ku-Kurasa begitu…”
Staz mengepalkan tangannya dengan bangga, “Aku senang sekali…” ucapnya. “Bisa
berbicara dengan manusia sepertimu…”
“Ano, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?” Tanya manusia itu. Namun kemudian
handphone Staz berbunyi.
“Ah, maaf, maaf. Tunggu sebentar, ya…” ucapnya sopan. Lalu nadanya langsung
berubah begitu mengangkat telepon. “Ada apa, huh? Wilayah kita diserang? Ah?
Tumbuhan itu melakukan apa, ah? Maaf, ya, aku tidak bisa kesana sekarang! Ya!
Ya! Sudah kubilang aku tidak bisa kesana! Ha? Yamada hampir tewas? Aku bahkan tidak
pernah mendengar namanya! Ah, ya ampun sinyalnya jelek sekali. Ah, aku tidak
bisa mendengar suaramu sama sekali…” ucap Staz dan langsung menutup teleponnya
begitu saja.
Staz berbalik ke arah perempuan itu, “Jadi, sampai dimana pembicaraan kita
tadi?” kesan keren pada vampire itu langsung pudar karena kacamata berbentuk
cinta yang masih menempel dimatanya.
“Ano… kupikir telepon barusan sepertinya cukup penting…” ucap perempuan itu.
Staz menggaruk-garuk kepalanya. “Biarkan saja, aku tidak terlalu memperdulikan
mereka.”
“Eh?”
“Kami sudah biasa mengalami hal seperti itu.” Ucap Staz. Ia lalu membisikkan
ucapan selanjutnya, “Mereka menyerang wilayah dan memenggal kepala bos-nya.”
“Kepala bosnya?”
“Saat ini akulah bosnya.” Ucap Staz. “Jadi siapapun yang berhasil memenggal
kepalaku akan menjadi bos selanjutnya.” Disaat percakapan seperti ini, Staz
menyempatkan diri mengupil, “Itulah peraturan di dunia ini… peraturan yang
bodoh, bukan?”
Perempuan itu hanya terdiam.
Sementara itu, tumbuhan-tumbuhan
yang semakin liar itu sekarang sedang menghajar anak buah Staz habis-habisan.
Salah satu anak buahnya sudah dilahap.
“Yamada!! Yamadaaa…!!!” nama anak buah yang dilahap itu. Karena pertempuran(?)
yang sengit itu, tidak ada yang menyadari kalau satu tanaman lolos dan
melarikan diri.
…
Gadis itu akhirnya mulai
bicara, “Aku…”
“Ah?” wajah Staz merona merah hanya dengan melihat gadis itu.
“Sejujurnya aku belum yakin aku berada dimana sekarang ini,” ucapnya. “Atau
kenapa aku bisa berada disini, aku tidak sepenuhnya ingat.”
“…”
“Ini seperti berada di dalam mimpi…” ucap gadis itu lagi.
“Ha, sebenarnya aku juga merasa seperti sedang berada di dalam mimpi.” Ucap
Staz. “Membayangkan bertemu dengan seorang manusi—“
“Bukan seperti itu.”
“He?”
“Aku bingung bagaimana mengatakannya… tapi kurasa kau harus menolong
teman-temanmu.” Ucap gadis itu dengan puppy eyes.
DEGGG!! “Hal itu terjadi lagi… ketika Ia menatapku…” pikir Staz. DEGGG!!
Tiba-tiba keinginan menggigitnya muncul. Staz berusaha menyembunyikan hal itu
dari gadis itu. “Begitu..” pikirnya. “Jadi begitu cara kerjanya…”
“Ano… apa kau baik-baik saja?” Tanya gadis itu.
“K-kau…” Staz berusaha menahan
taringnya. “Kau manis sekali!! Ini sangat hebat!! Makanya aku tidak akan
menyakitimu! Aku akan melindungimu! Benar, aku sangat ingin melindungimu! Aku
tidak punya keinginan untuk menggigit lehermu yang putih dan lembut itu! Dan
aku akan melakukan apapun yang kau minta!!” ucap Staz.
“Karena itu, aku, akan membantu teman-temanku yang sepertinya sedang
kesulitan!” ucap Staz lagi. Ia lalu segera berlari dan nyelonong ke luar lewat
jendela.
“Ta-tapi, jendela itu—“ gadis itu terlambat. Staz sudah melompat dari apartemen
berlantai entah berapa mungkin. Tapi jangan meremehkannya, dia itu bos wilayah.
“Aku pergi~” ucap Staz dan meluncur ke bawah dengan cepat. “Kenapa aku
membohonginya? Kenapa aku tidak menghisap darahnya?” pikir Staz. Karena
kecepatannya meluncur sangat tinggi, Ia tidak memperhatikan kalah ada satu
tanaman buas yang menaiki gedung apartemen itu dan menuju kamarnya…
BLAAAARRRR!!! Tanah di sekitar retak ketika Staz mendarat.
“Bossu!” ucap anak-anak buahnya.
“Ya ampun… akhirnya sang bos
keluar juga.” Ucap si pedagang tanaman buas(?) itu. “Seorang bos yang namanya
terkenal di seluruh dunia iblis bagian timur. Sang vampire, Staz-san…”
Vampire, itulah aku. Aku membencinya. Tentang hal menghisap darah manusia..
“Kudengar kau cukup sombong karena garis keturunan keluargamu… jadi aku datang
kesini untuk memenggal kepalamu.” Ucap pedagang itu.
Karena aku adalah seorang vampire… keturunan bangsawan dan… harus bepergian
menggunakan jubah kuno.
Staz mendekati tanaman buas yang sudah bersatu itu, di atasnya berdiri si
pengendalinya.
“Berhati-hatilah, jangan terlalu dekat.” Ucap Deku. “Dia akan melumatmu
habis-habisan.”
“Ya.” Sahut Staz. Tapi Ia justru berjalan semakin mendekat.
“Bossu?”
SYAATT!! SYATT!! CRAT!! CRAT!! Akar tanaman-tanaman buas itu menyayat tubuh
Staz. Di pengendalinya tertawa puas,
“Langsung berjalan ke arahku begitu saja?! Apa kau bodoh?!” Ia tertawa. “Baiklah, aku akan merobek-robek
tubuhmu!!”
Staz geram, dan memutuskan semua akar itu hanya dalam sekali serang.
“A-apa yang…”
“Aku adalah seorang vampire. Tapi aku bisa makan bawang putih dan tidak takut pada
salib…” ucap Staz.
“A-apa?!”
“Karena, sebelum aku menjadi vampire…” kalian bisa menebak kata-kata
selanjutnya? “Aku sudah berlatih keras!!” Staz mengangkat tangannya tepat lurus
dengan jantung musuhnya itu, lalu seolah ada tangan kedua yang meremas jantung
lawannya.
“Ha-hatiku terasa sakit sekali…”
PLOK!! Jantung si lawan meletus. Ya, meletus. Meletus..
“Teknik menghancurkan hati!!” ucap Staz.
“Bossu Staz, tadi itu hebat sekali.” Ucap Deku, Ia ber-tos-ria dengan Staz.
“Ya…”
“Hari ini kau kuat sekali. Biar kutebak, kau sedah menghisap darah manusia itu,
ya?”
“Tidak, aku belum menghisapnya.”
Ketika sampai di depan pintu apartemennya, Staz memeriksa dulu pintunya,
dan memastikan gadis itu tidak mencoba kabur.
“Bagus, dia tidak keluar.” Ucap Staz.
“Hei, bossu, kau terlihat senang sekali.” Ucap Deku.
“Mana mungkin begitu.” Ucap Staz. “Benar juga… kenapa aku tidak ingin menghisap
darahnya walau aku seorang vampire?” pikir Staz sambil membuka pintu dengan
kuncinya. “Mungkin itu karena aku ingin dia tetap menjadi manusia…”
Staz membuka pintu, “Aku pulang…” Staz terkejut melihat pemandangan di
depannya. Ada satu tanaman lagi disana, dan Ia memuntahkan sebuah tengkorak di
hadapan Staz.
“Gyaaaaaaa!!!” Staz langsung
mengamuk dan merobek-robek tanaman itu. Setelah merobeknya, Ia menemukan
pakaian seragam gadis manusia itu di dalam tanaman itu.
“GYYAAAA!!!” Staz semakin depresi. “Tidak mungkin… ini pasti lelucon…” Ia
mengambil tengkorak itu dan menangisinya. “Tidak mungkin…”